Pendahuluan
Di tengah derasnya arus informasi digital, kemampuan untuk memilah, memahami, dan memaknai informasi menjadi kompetensi yang tak terelakkan. Literasi informasi, yang semula hanya dipahami sebagai keterampilan mencari dan menggunakan informasi, kini telah berevolusi menjadi fondasi utama dalam membentuk warga digital yang kritis, reflektif, dan adaptif. Artikel ini mengkaji bagaimana literasi informasi mengalami transformasi di abad ke-21, dengan menyoroti keterkaitannya dengan literasi digital, kecakapan abad ke-21, serta tantangan dan strategi implementasinya dalam konteks pendidikan dasar dan masyarakat luas.
Literasi Informasi: Dari Definisi ke Dimensi Baru
Literasi informasi secara klasik didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengenali kebutuhan informasi, mengakses, mengevaluasi, dan menggunakan informasi secara efektif (ALA, 2000). Namun, di era digital, batas antara informasi, media, dan teknologi menjadi kabur. Literasi informasi kini mencakup:
- Pemahaman kritis terhadap konten digital
- Kemampuan mengevaluasi kredibilitas sumber
- Etika penggunaan informasi
- Keterampilan teknis dalam mengakses dan mengelola data
Zuhri et al. (2024) menekankan bahwa literasi digital yang mencakup akses, evaluasi, dan produksi informasi digital merupakan bagian integral dari literasi informasi modern. Transformasi ini menuntut pendekatan yang lebih interdisipliner dan kontekstual.
Literasi Informasi dan Kecakapan Abad ke-21
Kecakapan abad ke-21 seperti berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi (4C) sangat bergantung pada kemampuan literasi informasi. Studi menunjukkan bahwa integrasi literasi digital dalam pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan kolaboratif siswa (Zuhri et al., 2024; Sangur & Rumahlatu, 2023). Namun, hubungan ini tidak selalu linier. Indah et al. (2022) menemukan bahwa literasi digital tidak otomatis meningkatkan kemampuan berpikir kritis tanpa pendekatan pedagogis yang tepat.
Dengan demikian, literasi informasi tidak hanya soal akses terhadap data, tetapi juga bagaimana data tersebut diolah menjadi makna yang relevan dan kontekstual.
Tantangan Implementasi: Kesenjangan dan Resistensi
Transformasi literasi informasi menghadapi berbagai tantangan:
- Kesenjangan akses teknologi (digital divide): Terutama di negara berkembang, akses terhadap perangkat dan konektivitas masih menjadi hambatan utama (Zuhri et al., 2024; Tano, 2024).
- Kompetensi guru yang belum merata: Banyak pendidik belum memiliki keterampilan literasi digital yang memadai untuk mengintegrasikannya dalam pembelajaran (Pizarro et al., 2024).
- Resistensi terhadap perubahan: Baik dari institusi maupun individu, terutama dalam konteks budaya dan kebiasaan lama (Kachalla & Adamu, 2024).
Strategi Transformasi: Dari Kurikulum ke Kolaborasi
Untuk mengubah data menjadi makna, diperlukan strategi yang menyeluruh:
- Integrasi kurikulum berbasis literasi informasi: Kurikulum harus memuat konten yang menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, evaluasi informasi, dan etika digital (Rachmawati et al., 2022).
- Pelatihan guru dan fasilitator digital: Meningkatkan kapasitas pendidik dalam mengelola dan mengajarkan literasi informasi (Razak et al., 2022).
- Pendekatan gamifikasi dan pembelajaran berbasis proyek: Meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pencarian dan pemaknaan informasi (Kiliç, 2022).
- Kolaborasi lintas sektor: Pemerintah, institusi pendidikan, keluarga, dan masyarakat perlu bersinergi untuk menciptakan ekosistem literasi informasi yang inklusif.
Penutup
Transformasi literasi informasi di abad ke-21 menuntut lebih dari sekadar kemampuan teknis. Ia menuntut kesadaran kritis, etika digital, dan kemampuan untuk mengubah data menjadi makna yang berdampak. Dalam konteks pendidikan dasar dan masyarakat luas, literasi informasi adalah jembatan antara pengetahuan dan kebijaksanaan, antara data dan keputusan. Dengan strategi yang tepat dan kolaborasi yang kuat, kita dapat membentuk generasi yang tidak hanya melek informasi, tetapi juga bijak dalam menggunakannya.
Daftar Pustaka
- Zuhri, S., Suwindia, I. G., & Winangun, I. M. (2024). Literasi digital dan kecakapan abad ke-21: Analisis komprehensif dari literatur terkini. Education and Social Sciences Review, 5(2), 149–155. https://doi.org/10.29210/07essr500300
- Sangur, A., & Rumahlatu, D. (2023). Model PjBL-HOTS dalam pembelajaran osmoregulasi. Jurnal Pendidikan Biologi, 12(1), 45–56.
- Indah, R. N., et al. (2022). Digital literacy and critical thinking among EFL students. Journal of Language and Education, 8(2), 112–123.
- Kachalla, M. A., & Adamu, A. (2024). Resistance to digital transformation in education. African Journal of Educational Technology, 6(1), 33–47.
- Razak, N. A., et al. (2022). Enhancing teachers’ digital literacy through workshops. International Journal of Instruction, 15(3), 101–118.
- Rachmawati, D., et al. (2022). Kurikulum berbasis literasi digital. Jurnal Kurikulum dan Pembelajaran, 10(2), 89–102.
- Kiliç, E. (2022). Gamification in online project-based learning. Education and Information Technologies, 27(4), 5123–5142.
- Tano, R. (2024). Disparitas digital di wilayah 3T. Jurnal Teknologi dan Pendidikan, 9(1), 77–88.
- Pizarro, M., et al. (2024). Digital literacy gaps among educators. Journal of Educational Research and Practice, 14(1), 22–39.
